BUKU/BACAAN
SISWA
(B/BS)
Mata Pelajaran : Agribisnis
Hasil Pertanian
Kelas/Semester : XI/2

A. Judul :
1. Analisis Bahan Hasil
Pertanian Secara Kimia (Analisis Proksimat)
2. Penentuan Kadar Protein Kasar Pada Bahan Pangan
B. Tujuan Pembelajaran
:
1.
Mampu menjelasakan pengertian
tentang analisis proksimat
2.
Mampu menjelaskan manfaat metode analisis proksimat.
3.
Mampu
menjelaskan apa-apa saja yang dapat diamati dengan metode analisis proksimat
4.
Mampu mempraktikkan cara
menganalisis bahan pangan dengan metode proksimat.
5.
Mampu mengetahui kandungan zat
makanan dari bahan pakan yang akan diuji.
6.
Mampu
menganalisis kadar protein yang ada dalam bahan pangan.
C. Uraian Materi :
URAIAN MATERI
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat
dimakan dan dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak
yang memakannya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidupnya. Fungsi lain dari pakan adalah
untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan, agar ternak dapat tumbuh
sesuai dengan yang diharapkan. Pakan yang diberikan pada ternak harus
mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Analisis proksimat merupakan
salah satu cara untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrien yang ada di dalam
bahan pakan.
Analisis proksimat digunakan untuk
mengetahui kandungan air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terkandung dalam pakan.
Tujuan dari Praktikum Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum adalah agar mahasiswa terampil dalam melakukan analisis
proksimat. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan analisis
bahan pakan isi rumen kambing menggunakan metode analisis proksimat.

Protein kasar, 4). Lemak kasar (ekstrak ether), 5). Serat
kasar, 6). Ekstrak Tanpa Nitrogen (ETN). Khusus untuk ETN nilainya dicari hanya
berdasarkan perhitungan yaitu: 100% dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang
lain.
Cara ini dikembangkan dari Weende experiment station di Jerman oleh Henneberg dan Stocman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat”. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tilman et al., 1998).
Cara ini dikembangkan dari Weende experiment station di Jerman oleh Henneberg dan Stocman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat”. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tilman et al., 1998).
Manfaat Analisis Proksimat
·
Mengidentifikasi kandungan zat
makanan yang belum diketahui sebelumnya
·
Menguji kualitas bahan yang telah diketahui dibandingkan
dengan standarnya
·
Mengevaluasi hasil formula
ransum yang telah dibuat
·
Merupakan dasar untuk analisis
lebih lanjut
2.1. Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan metode yang
tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan
(Soejono, 1990). Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari
Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865 (Tillmanet al., 1991).
Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total,
air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk
kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et
al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan
dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya
kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair
kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Winarno, 1997).
2.1.1. Air

Metode pengeringan melalui oven sangat
memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti
silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa
hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).
2.1.2. Abu
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting
untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990).
Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam
tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu
tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya
merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga
mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa
bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur
akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah
sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).
2.1.3. Serat Kasar
Fraksi serat kasar mengandung selulosa,
lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan
tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang
dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang
tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen
(Farida, 1998).
Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak
ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya
mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode
pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut
dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali
dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak
larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
2.1.4. Lemak Kasar

Selain mengandung lemak sesungguhnya,
ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen,
oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar
(Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan
sebagai pelarut.
Fungsi dari n heksan adalah untuk
mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari
kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
2.1.5. Protein Kasar

Kelemahan analisis proksimat untuk protein
kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap
bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua
nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi
kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).
Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non
protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan
protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen
tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan
rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati
protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut
didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.
2.1.6. Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen (BETN)
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat
tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan
lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar
dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
(Soejono, 1990). BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi
monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam
dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).
2.2. Isi Rumen Kambing
Pakan adalah campuran beberapa bahan pakan,
baik yang sudah lengkap maupun yang belum lengkapi, yang disusun secara khusus
untuk dapat dimanfaatkan oleh ternak (Soejono, 1994). Bahan pakan merupakan
segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik berupa bahan organik
maupun bahan anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa
mengganggu kesehatan ternak (Hartadi et al., 1997).
Isi rumen merupakan
limbah pemotongan ternak ruminansia yang berasal dari pakan yang dikonsumsi dan
belum menjadi feses yang terdapat di dalam rumen (Murni et al., 2008). Nutrisi
yang terkandung dalam isi rumen antara lain serat kasar, karbohidrat, dan
protein kasar yang merupakan media bagi kehidupan mikroba. Pemanfaatan bolus
yang merupakan limbah sebagai bahan pakan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. Isi rumen dapat meningkatkan
kadar protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar produk pemeraman (Sutrisno
et al., 1992).
Kandungan nutrien isi rumen dipengaruhi oleh macam makanan, mikroba rumen, dan lama makanan dalam rumen. Bolus mengandung serat kasar yang tinggi, protein, mineral dan vitamin. Kandungan nutriennya adalah 10,90% air, 25,07% abu (Sutrisno et al., 1992), 10–27,6% bahan kering, 8,42–25% protein kasar, 18,26–38% serat kasar, 2–8,91% lemak kasar dan 30,2–63,17% BETN (Yudijeliman, 2008).
MATERI
DAN METODE
Praktikum Bahan
Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi Analisis Proksimat Bahan Pakan dengan
sampel isi rumen kambing dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 November 2010
dari pukul 05.30-21.00 WIB dan hari Selasa tanggal 29 November 2010 dari pukul
05.30-22.30 WIB di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan adalah tepung isi rumen kambing, aquades,
H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, aseton, air panas, n heksan, katalisator (selenium),
H2SO4 pekat, H3BO4 4%, indikator (MR + MB), NaOH 45%, HCl 0,1 N. Alat yang
digunakan adalah botol timbang dan timbangan analitis yang digunakan untuk
menimbang sampel, oven untuk mensterilisasikan alat dan bahan, eksikator untuk
mensterilisasikan alat dan bahan, penjepit untuk membantu dalam mengambil
sampel, tanur listrik untuk analisis kadar abu, crusible porselin untuk tempat
sampel, labu erlenmeyer untuk menempatkan larutan, becker glass untuk
menempatkan larutan, gelas ukur sebagai pengukur larutan yang akan digunakan,
corong buchner untuk alat bantu memasukkan sampel cair, kertas saring bebas abu
untuk menyaring sampel pada analisis kadar serat kasar, tabung soxhlet untuk
wadah sampel analisis kadar lemak kasar, pendingin tegak untuk analisis lemak
kasar, labu kjeldahl untuk analisis protein kasar, buret untuk alat titrasi,
kompor listrik untuk mendidihkan sampel pada analisis kadar lemak kasar,
alat-alat destilasi sebagai destilator, lemari asam untuk analisis protein
kasar, serta kertas minyak untuk menempatkan sampel.
3.2.Metode
3.2.1. Analisis Kadar Air
3.2.1. Analisis Kadar Air
Langkah pertama adalah mencuci botol
timbang, kemudian mengeringkan dalam oven pada suhu 105oC sampai 110oC selama 1
jam, memasukkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian menimbang botol
timbang (x gram). Menimbang sejumlah sampel, misal beratnya y gram. Memasukkan
sampel ke dalam botol timbang mengovennya selama 4-6 jam dengan suhu
105oC-110oC, selanjutnya adalah memasukkan sampel kedalam eksikator selama 15
menit. Setelah itu menimbang botol sampel, misal beratnya z gram. Mengulang
pengeringan 3 kali masing-masing 1 jam sampai berat sampel konstan (selisih
maksimal 0,2 mg). Menghitung kadar air dengan rumus :
Kadar air = x 100 %
Keterangan :
x
= berat botol timbang
y = berat sampel
z = berat botol timbang dan sampel setelah dioven
y = berat sampel
z = berat botol timbang dan sampel setelah dioven
Analisis Kadar Abu
Langkah pertama dalam analisis kadar abu ini adalah mencuci crusible
porselin dengan air sampai bersih, kemudian mengeringkannya dalam oven pada
suhu 105oC-110oC selama 1 jam dan mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit,
kemudian menimbangnya, misal beratnya x gram. Menimbang sejumlah sampel, misal
beratnya y gram, penimbangan dengan menggunakan crusible porselin sebagai
tempatnya. Setelah itu memijarkan sampel dan cawan dalam tanur listrik pada
suhu 400oC-600oC selama 4-6 jam, sampai menjadi abu putih semua.

Kadar abu = x 100 %
Keterangan:
z = berat crusible porselin dan sampel setelah ditanur
y = berat sampel
x = berat crusible porselin setelah dioven
Keterangan:
z = berat crusible porselin dan sampel setelah ditanur
y = berat sampel
x = berat crusible porselin setelah dioven
Cawan yang telah
dibersihkan dipanaskan dalam tanur pada suhu 100oC selama 2 jam
lalu ditimbang sebagai bobot kosong. Contoh yang telah diuapkan ditimbang
teliti + 1g dalam cawan dan dinyatakan sebagai bobot awal, kemudian cawan
tersebut dimasukkan ke dalam tanur suhu 600oC selama 5 jam.
Setelah pemanasan cawan dimasukkan ke dalam desikator, dan setelah dingin
ditimbang dan dipanaskan beberapa kali sampai diperoleh bobot tetap sebagai
bobot akhir.
Keterangan:
a=
bobot cawan kosong
b=
bobot cawan dan contoh
c=
bobot cawan dan contoh setelah pengabuan
Analisis Kadar Serat Kasar
Langkah dalam analisis kadar serat kasar adalah mempersiapkan semua
alat-alat dan pereaksi yang akan digunakan. Mencuci semua alat dan
memasukkannya ke dalam oven dengan suhu 105oC–110oC selama 1 jam dan
memasukkanya ke dalam eksikator selama 15 menit. Menimbang sampel, misal beratnya
x gram dan memasukkannya ke dalam becker glass. Memasukkan H2SO4 0,3 N 50
ml dalam labu erlenmeyer yang berisi sampel tersebut dan memasaknya hingga
mendidih selama 30 menit. Mendinginkan sampel tersebut sebentar dan menambahkan
dengan NaOH 1,5 N 25 ml serta memasaknya sampai mendidih selama 30 menit.
Menimbang crusible porselin dan kertas saring, misal berat kertas saring a gram, memasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105oC–110oC dan memasukkan di dalam eksikator selama 15 menit. Cairan yang berisi sampel disaring dengan menggunakan crusible porselin dan kertas saring yang dipasang corong bunchner. Mencuci sampel berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas dan 25 ml aseton. Memasukkan crusible porselin dan kertas saring beserta isinya pada suhu 105oC-110oC selama 1 jam dan memasukkan ke eksikator selama 15 menit. Selanjutnya menimbang crusible porselin dan isinya, misal beratnya y gram. Kemudian memijarkan crusible porselin dan isinya dalam tanur pada suhu 400oC-600oC selama 4-6 jam sampai menjadi abu putih dan mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu menimbangnya misal beratnya z gram. Penghitungan kadar serat kasar dengan rumus
Kadar
serat kasar = “y – z – a” /”x” x 100 %
Keterangan :
a = kertas saring
x = berat sampel
y = berat sampel dan crusible porselin setelah dioven
z = berat sampel, crusible porselin dan kertas saring setelah ditanur.
Keterangan :
a = kertas saring
x = berat sampel
y = berat sampel dan crusible porselin setelah dioven
z = berat sampel, crusible porselin dan kertas saring setelah ditanur.
Contoh yang telah digunakan pada penetapan lemak ditimbang dengan
teliti + 500 mg lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan
100 ml asam sulfat 1,25% dan dipanaskan sampai mendidih. Setelah 1 jam
ditambahkan 100 ml natrium hidroksida 3,25%, dipanaskan kembali sampai mendidih
selama 1 jam, kemudian didinginkan dan disaring dengan menggunakan kertas
saring yang telah diketahui bobotnya. Endapan dicuci dengan asam sulfat encer
dan alkohol, lalu kertas saring dan endapan dikeringkan dalam oven dan
ditimbang.
Keterangan
:
a
= bobot contoh
b
= bobot endapan
c
=bobot abu
Analisis Kadar Lemak Kasar
Langkah pertama dalam analisis kadar lemak adalah mencuci dan
memasukkan semua alat dalam oven pada suhu 105oC-110oC selama 1 jam, kemudian
memasukkannya ke dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang, misal beratnya
a gram. Menimbang sampel dan kertas, misal beratnya b gram.
Membungkus sampel dengan kertas saring dan
memasukkan ke dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105oC-110oC dan eksikator
selama 15 menit, serta menimbang kertas saring misal beratnya y gram.
Memasukkan sampel dan kertas saring dalam alat soxhlet, kemudian menambahkan n
heksan serta memasang alat pendingin tegak yang dialiri air dingin. Melakukan
penyaringan sampai 8-10 kali sirkulasi, sampel dikeluarkan dan
diangin-anginkan. memasukkannya dalam oven dengan suhu 105oC -110oC selama 1
jam, memasukkan ke eksikator selama 15 menit.
Sampel ditimbang 3 g lalu dimasukkan ke thimble. Labu lemak yang
telah bersih dimasukkan ke dalam oven, lalu ditambahkan batu didih dan
ditimbang sebagai bobot kosong.
Thimble dimasukkan ke
dalam soklet, kemudian labu lemak dihubungkan dengan soklet dan ditambahkan
pelarut heksan 150 ml melewati soklet. Labu lemak dan soklet dihubungkan dengan
penangas dan diekstrak selama 6 jam. Setelah ekstraksi selesai, labu lemak
dievaporasi untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya labu lemak dimasukkan ke
dalam oven 1 suhu 105oC selama 1 jam. Setelah dingin
ditimbang sebagai bobot akhir (bobot labu dan lemak).
Keterangan:
a=
bobot contoh
b=
bobot labu lemak dan labu didih
c=
bobot labu lemak, batu didih dan lemak
Analisis Kadar Protein
Kasar
Metode yang digunakan dalam analisis kadar protein ada 3 yaitu
proses destruksi yang merupakan terjadinya proses oksidasi perubahan N atau
protein menjadi (NH4)2 SO4, proses destilasi yaitu pemecahan (NH4)2SO4 yang
dilakukan oleh basa kuat, yaitu NaOH serta proses titrasi, yaitu terjadinya
reaksi asam basa.
Mencuci labu
destruksi, kemudian memasukkannya dalam oven pada suhu 105oC-110oC selama 1 jam
dan memasukkan labu destruksi ke eksikator selama 15 menit. Menimbang sampel,
misal beratnya x gram, kemudian memasukannya ke dalam labu destruksi.
Menambahkan katalis yang terdiri dari selenium 0,3gr dan menambahkan H2SO4
pekat 25 ml. Memanaskan semua bahan yang ada dalam labu destruksi tersebut
secara perlahan-lahan dalam lemari asam, dimana mula-mula dengan nyala kecil
sama tidak berasap atau tidak berbuih lagi, dengan nyala diperbesar. Melakukan
pendidihan (destruksi) bahan dalam labu destruksi sampai terjadi perubahan
warna larutan menjadi hijau jernih atau kuning jernih. Perubahan warna yang
terjadi secara bertahap adalah hitam, merah, hijau keruh dan kemudian hijau
jernih.
Proses selanjutnya
adalah proses destilasi yaitu mendinginkan labu destruksi tersebut lalu sampel
dimasukkan labu destilasi yang telah dipasang pada rangkaian alat destilasi.
Menggojog labu tersebut membentuk angka delapan dengan menambahkan 50 ml
aquades dan 40 ml NaOH 45%. Menampung hasil sulingan dalam erlemeyer yang telah
berisi asam borat (H3BO4) sebanyak 20 ml dan menambahkan indikator MR + MB
sebanyak 1 tetes sampai warna berubah dari ungu menjadi hijau jernih.
Selanjutnya melakukan titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N, hingga membentuk
warna ungu.
Membuat larutan blangko yaitu memasukkan
aquades 50 ml dan 40 ml NaOH 45% kedalam labu destilasi. Melakukan destilasi
dan menangkapnya dengan campuran H3BO4 sebanyak 20 ml dan indikator MR + MB
sebanyak 1 tetes sampai penangkap tersebut berubah warna dari ungu menjadi
hijau. Mentitrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai membentuk warna unggu
kembali, kemudian menghitung protein kasar
Rumus:
Kadar protein = (“titran sampel – blangko” )” x N HCl x 0,014 x 6,25″ /”sampel” x100%
Kadar protein = (“titran sampel – blangko” )” x N HCl x 0,014 x 6,25″ /”sampel” x100%
Keterangan :
0,014 = 1 ml alkali ekuivalen dengan 1 ml larutan N yang mengandung 0,014gN.
6,25 = Protein mengandung 16 % N
N HCl = Normalitas HCl (1 N)
0,014 = 1 ml alkali ekuivalen dengan 1 ml larutan N yang mengandung 0,014gN.
6,25 = Protein mengandung 16 % N
N HCl = Normalitas HCl (1 N)
Sampel ditimbang secara teliti sebanyak 200 mg, lalu dimasukkan ke
dalam labu Kjeldhal. Selanjutnya ditambahkan selen dan 10 ml asam sulfat pekat
dan didestruksi pada pemanas selama 2-3 jam atau sampai larutan menjadi jernih.
Setelah proses destruksi lalu dipindahkan ke dalam labu destilasi kemudian
diperiksa kandungan nitrogennya dengan menggunakan alat kjeltek.
Keterangan:
a=
bobot contoh
b=
volume HCl yang digunakan
6,25
= faktor konversi dari nitrogen ke protein
14
= Ar nitrogen
Asam Lemak
Sampel (minyak) ditimbang 0,2 g dalam tabung reaksi tertutup,
kemudian ditambahkan 2 ml natrium hidroksida dalam metanol, dipanaskan pada
suhu 80oC selama 20 menit, kemudian diangkat dan dibiarkan dingin. Selanjutnya ditambahkan
2 ml larutan boron trifluorida 20% dan dipanaskan kembali selama 20 menit,
kemudian diangkat, dibiarkan dingin dan ditambahkan 2 ml natrium klorida jenuh
serta 2 ml larutan heksan. Setelah itu campuran dikocok sampai merata, lalu
lapisan heksannya diambil dan dimasukkan ke tabung uji (evendop).
Kondisi
alat kromatografi gas yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah:
Hasil preparasi kemudian diinjeksikan ke alat kromatografi gas
ketika suhu menunjukkan 150oC. Tombol start pada rekorder dan alat ditekan, dan
hasilnya akan keluar berupa kromatogram. Selanjutnya dilakukan analisis
kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan kromatogram yang diperoleh, kemudian dilakukan
pencocokan waktu retensi yang sama atau mendekati waktu retensi standar asam
lemak. Kadar asam lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Lc
= luas area contoh
Ls
= luas area standar
Cs
= konsentrasi standar
V
= volume akhir
b
= bobot contoh
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan
dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan
dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein
6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen.
Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada
asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan
merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan
kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen
protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).
5.2.Saran
Pelaksanaan Praktikum untuk analisis protein kasar dapat berjalan dengan lancar, namun kurangnya ketelitian menyebabkan
waktu yang digunakan untuk menganalisis komposisi bahan kimia bahan pakan
terlalu banyak. Harapan kedepannya, praktikum dilaksanakan lebih teliti
terutama pada analisis kadar protein kasar yang prosesnya cukup panjang.
D. Contoh Soal Latihan :
Tugas
yang diberikan kepada siswa sebagai pengganti PR adalah siswa di beri tugas
untuk membuat laporan praktikum kerja yang sudah dipraktekkan di sekolah, yang
berkaitan dengan analisis proksimat itu sendiri.
Adapun format
laporan praktikumnya yaitu:
BAB I. PENDAHULUAN:
A. Latar Belakang
B. Maksud Dan Tujuan
C. Prinsip Percobaan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
B. Uraian Bahan
C. Prosedur Kerja
BAB III. METODE KERJA
A. Alat Dan Bahan
B. Cara Kerja
BAB IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
B. Gambar Pengamatan
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Farida,
W. R. 1998. Pengimbuhan Konsentrat dalam Ransum Penggemukan Kambing Muda di
Wamena, Irian Jaya. Media Veteriner 5 (2) : 21-26
Hartadi,
H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Mahmudi,
M. 1997. Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam Fosfat Menggunakan Cara Ekstraksi
Cair-Cair dengan Solven Campuran Isopropanol dan n-Heksan. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Soejono,
M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soejono,
M. 1994. Pengenalan dan Pengawasan Kualitas Bahan Baku dan Pakan. Ditjen
Peternakan. Dit. Bina Produksi, Jakarta.
Sudarmaji,
Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Liberty,
Yogyakarta.
Tillman,
A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Artikel bagus, Pernahkah Anda mendengar LFDS (Le_Meridian Funding Service, Email: lfdsloans@outlook.com --WhatsApp Contact: +1-9893943740--lfdsloans@lemeridianfds.com) adalah ketika layanan pendanaan AS / Inggris mereka memberi saya pinjaman $ 95.000,00 untuk memulai bisnis saya dan saya telah membayar mereka setiap tahun selama dua tahun sekarang dan saya masih memiliki 2 tahun lagi walaupun saya senang bekerja dengan mereka karena mereka adalah Pemberi Pinjaman asli yang dapat memberi Anda segala jenis pinjaman.
BalasHapusBetway Casino Login - jtmhub.com
BalasHapusPlay live games, bet งานออนไลน์ on sports, win and 광명 출장안마 acca. Betway Casino 정읍 출장마사지 offers you all the fun of a classic casino risk free 밀양 출장마사지 up 오산 출장샵 to $500.
joya shoes 177m9ibzvk869 joya sko,joya sko,joya skor,Cipő joya,zapatos joya,joya schoenen verkooppunten,Scarpe joya,chaussures joya,joya schuhe wien,joya schuhe joya shoes 619c3reybx532
BalasHapus