Selasa, 08 Oktober 2013

Analisis Proksimat


BUKU/BACAAN SISWA
(B/BS)
                                   
Mata Pelajaran   : Agribisnis Hasil Pertanian
Kelas/Semester    : XI/2
 

A. Judul :
1. Analisis Bahan Hasil Pertanian Secara Kimia (Analisis Proksimat)
2. Penentuan Kadar Protein Kasar Pada Bahan Pangan

B. Tujuan Pembelajaran :
1.      Mampu menjelasakan pengertian tentang analisis proksimat
2.      Mampu menjelaskan  manfaat metode analisis proksimat.
3.      Mampu menjelaskan apa-apa saja yang dapat diamati dengan metode analisis proksimat
4.      Mampu mempraktikkan cara menganalisis bahan pangan dengan metode proksimat.
5.      Mampu mengetahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji.
6.      Mampu menganalisis kadar protein yang ada dalam bahan pangan.

C. Uraian Materi           :
URAIAN MATERI

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan maupun untuk mempertahankan hidupnya. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan, agar ternak dapat tumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Pakan yang diberikan pada ternak harus mengandung nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ternak. Analisis proksimat merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrien yang ada di dalam bahan pakan.
Analisis proksimat digunakan untuk mengetahui kandungan air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terkandung dalam pakan.
Tujuan dari Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah agar mahasiswa terampil dalam melakukan analisis proksimat. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan analisis bahan pakan isi rumen kambing menggunakan metode analisis proksimat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVqjWPnPIUWr_xfcJUtnDlpDpVTrKEb23fnYRTSGMClpAqI1UCzIeDgEF1E6EQ2qdLKfW5ESBleFGQffIfwO01mnVTuQ3XTAAZRhYKErpvJCJ3LAtxqYhXQUMVBRDqcLGUrFFAwpa62vvq/s1600/1.jpgMenurut kamal (1998) disebut analisis proksimat karena hasil yang diperoleh hanya mendekati nilai yang sebenarnya, oleh karena itu untuk menunjukkan nilai dari system analisis proksimat selalu dilengkapi dengan istilah minimum atau maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut. Dari sisitem analisis proksimat dapat diketahui adanya 6 macam fraksi yaitu:1). Air, 2). Abu, 3).

       Protein kasar, 4). Lemak kasar (ekstrak ether), 5). Serat kasar, 6). Ekstrak Tanpa Nitrogen (ETN). Khusus untuk ETN nilainya dicari hanya berdasarkan perhitungan yaitu: 100% dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain.
      Cara ini dikembangkan dari Weende experiment station di Jerman oleh Henneberg dan Stocman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat”. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tilman et al., 1998).

Manfaat Analisis Proksimat
·         Mengidentifikasi kandungan zat makanan yang belum diketahui sebelumnya
·         Menguji kualitas  bahan yang telah diketahui dibandingkan dengan standarnya
·         Mengevaluasi hasil formula ransum yang telah dibuat
·         Merupakan dasar untuk analisis lebih lanjut

2.1. Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan (Soejono, 1990). Metode ini dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari Weende Experiment Station di Jerman pada tahun 1865 (Tillmanet al., 1991).
    Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total, lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan mikronutrien difokuskan pada provitamin A (β-karoten) (Sudarmadji et al., 1996). Analisis vitamin A dan provitamin A secara kimia dalam buah-buahan dan produk hasil olahan dapat ditentukan dengan berbagai metode diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom absorpsi, kromatografi cair kinerja tinggi, kolorimetri dan spektrofotometri sinar tampak (Winarno, 1997).
2.1.1. Air
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis).
 Metode pengeringan melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997).

2.1.2. Abu
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).
2.1.3. Serat Kasar
Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida, 1998).
     Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Tillman et al., 1991). Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).

2.1.4. Lemak Kasar
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990). Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni.


Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1994). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut.
Fungsi dari n heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

2.1.5. Protein Kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen.

Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).
 Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah.
2.1.6. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).
2.2. Isi Rumen Kambing
Pakan adalah campuran beberapa bahan pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang belum lengkapi, yang disusun secara khusus untuk dapat dimanfaatkan oleh ternak (Soejono, 1994). Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik berupa bahan organik maupun bahan anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak (Hartadi et al., 1997).
 Isi rumen merupakan limbah pemotongan ternak ruminansia yang berasal dari pakan yang dikonsumsi dan belum menjadi feses yang terdapat di dalam rumen (Murni et al., 2008). Nutrisi yang terkandung dalam isi rumen antara lain serat kasar, karbohidrat, dan protein kasar yang merupakan media bagi kehidupan mikroba. Pemanfaatan bolus yang merupakan limbah sebagai bahan pakan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. Isi rumen dapat meningkatkan kadar protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar produk pemeraman (Sutrisno et al., 1992).

        Kandungan nutrien isi rumen dipengaruhi oleh macam makanan, mikroba rumen, dan lama makanan dalam rumen. Bolus mengandung serat kasar yang tinggi, protein, mineral dan vitamin. Kandungan nutriennya adalah 10,90% air, 25,07% abu (Sutrisno et al., 1992), 10–27,6% bahan kering, 8,42–25% protein kasar, 18,26–38% serat kasar, 2–8,91% lemak kasar dan 30,2–63,17% BETN (Yudijeliman, 2008).



MATERI DAN METODE

            Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi Analisis Proksimat Bahan Pakan dengan sampel isi rumen kambing dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 November 2010 dari pukul 05.30-21.00 WIB dan hari Selasa tanggal 29 November 2010 dari pukul 05.30-22.30 WIB di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
         Materi yang digunakan adalah tepung isi rumen kambing, aquades, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, aseton, air panas, n heksan, katalisator (selenium), H2SO4 pekat, H3BO4 4%, indikator (MR + MB), NaOH 45%, HCl 0,1 N. Alat yang digunakan adalah botol timbang dan timbangan analitis yang digunakan untuk menimbang sampel, oven untuk mensterilisasikan alat dan bahan, eksikator untuk mensterilisasikan alat dan bahan, penjepit untuk membantu dalam mengambil sampel, tanur listrik untuk analisis kadar abu, crusible porselin untuk tempat sampel, labu erlenmeyer untuk menempatkan larutan, becker glass untuk menempatkan larutan, gelas ukur sebagai pengukur larutan yang akan digunakan, corong buchner untuk alat bantu memasukkan sampel cair, kertas saring bebas abu untuk menyaring sampel pada analisis kadar serat kasar, tabung soxhlet untuk wadah sampel analisis kadar lemak kasar, pendingin tegak untuk analisis lemak kasar, labu kjeldahl untuk analisis protein kasar, buret untuk alat titrasi, kompor listrik untuk mendidihkan sampel pada analisis kadar lemak kasar, alat-alat destilasi sebagai destilator, lemari asam untuk analisis protein kasar, serta kertas minyak untuk menempatkan sampel.
3.2.Metode
3.2.1. Analisis Kadar Air
Langkah pertama adalah mencuci botol timbang, kemudian mengeringkan dalam oven pada suhu 105oC sampai 110oC selama 1 jam, memasukkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian menimbang botol timbang (x gram). Menimbang sejumlah sampel, misal beratnya y gram. Memasukkan sampel ke dalam botol timbang mengovennya selama 4-6 jam dengan suhu 105oC-110oC, selanjutnya adalah memasukkan sampel kedalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu menimbang botol sampel, misal beratnya z gram. Mengulang pengeringan 3 kali masing-masing 1 jam sampai berat sampel konstan (selisih maksimal 0,2 mg). Menghitung kadar air dengan rumus :

Kadar air = x 100 %
Keterangan :
x = berat botol timbang
y = berat sampel
z = berat botol timbang dan sampel setelah dioven
Analisis Kadar Abu
         Langkah pertama dalam analisis kadar abu ini adalah mencuci crusible porselin dengan air sampai bersih, kemudian mengeringkannya dalam oven pada suhu 105oC-110oC selama 1 jam dan mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian menimbangnya, misal beratnya x gram. Menimbang sejumlah sampel, misal beratnya y gram, penimbangan dengan menggunakan crusible porselin sebagai tempatnya. Setelah itu memijarkan sampel dan cawan dalam tanur listrik pada suhu 400oC-600oC selama 4-6 jam, sampai menjadi abu putih semua.
Mengangkat crusible porselin dari tanur listrik dan mendinginkannya sampai suhu 120oC, kemudian memasukkannya dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu menimbang crusible porselin, misal beratnya z gram, kemudian menghitung kadar abu dengan rumus :
Kadar abu = x 100 %
Keterangan:
z = berat crusible porselin dan sampel setelah ditanur
y = berat sampel
x = berat crusible porselin setelah dioven
Cawan yang telah dibersihkan dipanaskan dalam tanur pada suhu 100oC selama 2 jam lalu ditimbang sebagai bobot kosong. Contoh yang telah diuapkan ditimbang teliti + 1g dalam cawan dan dinyatakan sebagai bobot awal, kemudian cawan tersebut dimasukkan ke dalam tanur suhu 600oC selama 5 jam. Setelah pemanasan cawan dimasukkan ke dalam desikator, dan setelah dingin ditimbang dan dipanaskan beberapa kali sampai diperoleh bobot tetap sebagai bobot akhir.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/04/artikel-63-300x96.jpg
Keterangan:
a= bobot cawan kosong
b= bobot cawan dan contoh
c= bobot cawan dan contoh setelah pengabuan
Analisis Kadar Serat Kasar
        Langkah dalam analisis kadar serat kasar adalah mempersiapkan semua alat-alat dan pereaksi yang akan digunakan. Mencuci semua alat dan memasukkannya ke dalam oven dengan suhu 105oC–110oC selama 1 jam dan memasukkanya ke dalam eksikator selama 15 menit. Menimbang sampel, misal beratnya x gram dan memasukkannya ke dalam becker glass. Memasukkan H2SO4 0,3 N 50 ml dalam labu erlenmeyer yang berisi sampel tersebut dan memasaknya hingga mendidih selama 30 menit. Mendinginkan sampel tersebut sebentar dan menambahkan dengan NaOH 1,5 N 25 ml serta memasaknya sampai mendidih selama 30 menit.

      Menimbang crusible porselin dan kertas saring, misal berat kertas saring a gram, memasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105oC–110oC dan memasukkan di dalam eksikator selama 15 menit. Cairan yang berisi sampel disaring dengan menggunakan crusible porselin dan kertas saring yang dipasang corong bunchner. Mencuci sampel berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas dan 25 ml aseton. Memasukkan crusible porselin dan kertas saring beserta isinya pada suhu 105oC-110oC selama 1 jam dan memasukkan ke eksikator selama 15 menit. Selanjutnya menimbang crusible porselin dan isinya, misal beratnya y gram. Kemudian memijarkan crusible porselin dan isinya dalam tanur pada suhu 400oC-600oC selama 4-6 jam sampai menjadi abu putih dan mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu menimbangnya misal beratnya z gram. Penghitungan kadar serat kasar dengan rumus
Kadar serat kasar = “y – z – a” /”x” x 100 %
Keterangan :
a = kertas saring
x = berat sampel
y = berat sampel dan crusible porselin setelah dioven
z = berat sampel, crusible porselin dan kertas saring setelah ditanur
.

Contoh yang telah digunakan pada penetapan lemak ditimbang dengan teliti + 500 mg lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 100 ml asam sulfat 1,25% dan dipanaskan sampai mendidih. Setelah 1 jam ditambahkan 100 ml natrium hidroksida 3,25%, dipanaskan kembali sampai mendidih selama 1 jam, kemudian didinginkan dan disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Endapan dicuci dengan asam sulfat encer dan alkohol, lalu kertas saring dan endapan dikeringkan dalam oven dan ditimbang.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/04/artikel-66-300x83.jpg
Keterangan :
a = bobot contoh
b = bobot endapan
c =bobot abu
Analisis Kadar Lemak Kasar
            Langkah pertama dalam analisis kadar lemak adalah mencuci dan memasukkan semua alat dalam oven pada suhu 105oC-110oC selama 1 jam, kemudian memasukkannya ke dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang, misal beratnya a gram. Menimbang sampel dan kertas, misal beratnya b gram.
Membungkus sampel dengan kertas saring dan memasukkan ke dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105oC-110oC dan eksikator selama 15 menit, serta menimbang kertas saring misal beratnya y gram. Memasukkan sampel dan kertas saring dalam alat soxhlet, kemudian menambahkan n heksan serta memasang alat pendingin tegak yang dialiri air dingin. Melakukan penyaringan sampai 8-10 kali sirkulasi, sampel dikeluarkan dan diangin-anginkan. memasukkannya dalam oven dengan suhu 105oC -110oC selama 1 jam, memasukkan ke eksikator selama 15 menit.

Sampel ditimbang 3 g lalu dimasukkan ke thimble. Labu lemak yang telah bersih dimasukkan ke dalam oven, lalu ditambahkan batu didih dan ditimbang sebagai bobot kosong.
Thimble dimasukkan ke dalam soklet, kemudian labu lemak dihubungkan dengan soklet dan ditambahkan pelarut heksan 150 ml melewati soklet. Labu lemak dan soklet dihubungkan dengan penangas dan diekstrak selama 6 jam. Setelah ekstraksi selesai, labu lemak dievaporasi untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya labu lemak dimasukkan ke dalam oven 1 suhu 105oC selama 1 jam. Setelah dingin ditimbang sebagai bobot akhir (bobot labu dan lemak).
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/04/artikel-65-300x92.jpg
Keterangan:
a= bobot contoh
b= bobot labu lemak dan labu didih
c= bobot labu lemak, batu didih dan lemak

Analisis Kadar Protein Kasar
        Metode yang digunakan dalam analisis kadar protein ada 3 yaitu proses destruksi yang merupakan terjadinya proses oksidasi perubahan N atau protein menjadi (NH4)2 SO4, proses destilasi yaitu pemecahan (NH4)2SO4 yang dilakukan oleh basa kuat, yaitu NaOH serta proses titrasi, yaitu terjadinya reaksi asam basa.
 Mencuci labu destruksi, kemudian memasukkannya dalam oven pada suhu 105oC-110oC selama 1 jam dan memasukkan labu destruksi ke eksikator selama 15 menit. Menimbang sampel, misal beratnya x gram, kemudian memasukannya ke dalam labu destruksi. Menambahkan katalis yang terdiri dari selenium 0,3gr dan menambahkan H2SO4 pekat 25 ml. Memanaskan semua bahan yang ada dalam labu destruksi tersebut secara perlahan-lahan dalam lemari asam, dimana mula-mula dengan nyala kecil sama tidak berasap atau tidak berbuih lagi, dengan nyala diperbesar. Melakukan pendidihan (destruksi) bahan dalam labu destruksi sampai terjadi perubahan warna larutan menjadi hijau jernih atau kuning jernih. Perubahan warna yang terjadi secara bertahap adalah hitam, merah, hijau keruh dan kemudian hijau jernih.
 Proses selanjutnya adalah proses destilasi yaitu mendinginkan labu destruksi tersebut lalu sampel dimasukkan labu destilasi yang telah dipasang pada rangkaian alat destilasi. Menggojog labu tersebut membentuk angka delapan dengan menambahkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45%. Menampung hasil sulingan dalam erlemeyer yang telah berisi asam borat (H3BO4) sebanyak 20 ml dan menambahkan indikator MR + MB sebanyak 1 tetes sampai warna berubah dari ungu menjadi hijau jernih. Selanjutnya melakukan titrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N, hingga membentuk warna ungu.
Membuat larutan blangko yaitu memasukkan aquades 50 ml dan 40 ml NaOH 45% kedalam labu destilasi. Melakukan destilasi dan menangkapnya dengan campuran H3BO4 sebanyak 20 ml dan indikator MR + MB sebanyak 1 tetes sampai penangkap tersebut berubah warna dari ungu menjadi hijau. Mentitrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai membentuk warna unggu kembali, kemudian menghitung protein kasar
Rumus:
Kadar protein = (“titran sampel – blangko” )” x N HCl x 0,014 x 6,25″ /”sampel” x100%
   Keterangan :
0,014
  = 1 ml alkali ekuivalen dengan 1 ml larutan N yang mengandung 0,014gN.
6,25
    = Protein mengandung 16 % N
N HCl = Normalitas HCl (1 N)
Sampel ditimbang secara teliti sebanyak 200 mg, lalu dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal. Selanjutnya ditambahkan selen dan 10 ml asam sulfat pekat dan didestruksi pada pemanas selama 2-3 jam atau sampai larutan menjadi jernih. Setelah proses destruksi lalu dipindahkan ke dalam labu destilasi kemudian diperiksa kandungan nitrogennya dengan menggunakan alat kjeltek.

http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/04/artikel-64-300x81.jpg
Keterangan:
a= bobot contoh
b= volume HCl yang digunakan
6,25 = faktor konversi dari nitrogen ke protein
14 = Ar nitrogen
Asam Lemak
Sampel (minyak) ditimbang 0,2 g dalam tabung reaksi tertutup, kemudian ditambahkan 2 ml natrium hidroksida dalam metanol, dipanaskan pada suhu 80oC selama 20 menit, kemudian diangkat dan dibiarkan dingin. Selanjutnya ditambahkan 2 ml larutan boron trifluorida 20% dan dipanaskan kembali selama 20 menit, kemudian diangkat, dibiarkan dingin dan ditambahkan 2 ml natrium klorida jenuh serta 2 ml larutan heksan. Setelah itu campuran dikocok sampai merata, lalu lapisan heksannya diambil dan dimasukkan ke tabung uji (evendop).
Kondisi alat kromatografi gas yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah:
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/04/artikel-67-300x87.jpg
 




Hasil preparasi kemudian diinjeksikan ke alat kromatografi gas ketika suhu menunjukkan 150oC. Tombol start pada rekorder dan alat ditekan, dan hasilnya akan keluar berupa kromatogram. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan kromatogram yang diperoleh, kemudian dilakukan pencocokan waktu retensi yang sama atau mendekati waktu retensi standar asam lemak. Kadar asam lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut:
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/04/artikel-68-300x62.jpg
 




Keterangan:
Lc = luas area contoh
Ls = luas area standar
Cs = konsentrasi standar
V = volume akhir
b = bobot contoh
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2010/04/tabel-11.2-300x150.jpgTabel 11.2. Hasil analisis asam lemak pada beberapa contoh kacang-kacangan





















KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 1990).

5.2.Saran
           
Pelaksanaan Praktikum untuk analisis protein kasar dapat berjalan dengan lancar, namun kurangnya ketelitian menyebabkan waktu yang digunakan untuk menganalisis komposisi bahan kimia bahan pakan terlalu banyak. Harapan kedepannya, praktikum dilaksanakan lebih teliti terutama pada analisis kadar protein kasar yang prosesnya cukup panjang.


D. Contoh Soal Latihan        :
   Tugas yang diberikan kepada siswa sebagai pengganti PR adalah siswa di beri tugas untuk membuat laporan praktikum kerja yang sudah dipraktekkan di sekolah, yang berkaitan dengan analisis proksimat itu sendiri.
     Adapun format laporan praktikumnya yaitu:
               BAB I. PENDAHULUAN:
A.     Latar Belakang
B.     Maksud Dan Tujuan
C.     Prinsip Percobaan
               BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.     Teori Umum
B.     Uraian Bahan
C.     Prosedur Kerja
               BAB III. METODE KERJA
A.     Alat Dan Bahan
B.     Cara Kerja
               BAB IV. HASIL PENGAMATAN
A.     Tabel Pengamatan
B.     Gambar Pengamatan
               BAB VI. PENUTUP
A.     Kesimpulan
B.     Saran
               DAFTAR PUSTAKA









DAFTAR PUSTAKA
Farida, W. R. 1998. Pengimbuhan Konsentrat dalam Ransum Penggemukan Kambing Muda di Wamena, Irian Jaya. Media Veteriner 5 (2) : 21-26
Putra, d herianto. 2011. Http://2.Bp.Blogspot.com Diakses Tanggal 2 Mei 2013
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Mahmudi, M. 1997. Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam Fosfat Menggunakan Cara Ekstraksi Cair-Cair dengan Solven Campuran Isopropanol dan n-Heksan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soejono, M. 1994. Pengenalan dan Pengawasan Kualitas Bahan Baku dan Pakan. Ditjen Peternakan. Dit. Bina Produksi, Jakarta.
Sudarmaji, Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Liberty, Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wiryawan, adam http://www.chem-is/analisis proksimat. Diakses tanggal 4 Mei 2013





3 komentar:

  1. Artikel bagus, Pernahkah Anda mendengar LFDS (Le_Meridian Funding Service, Email: lfdsloans@outlook.com --WhatsApp Contact: +1-9893943740--lfdsloans@lemeridianfds.com) adalah ketika layanan pendanaan AS / Inggris mereka memberi saya pinjaman $ 95.000,00 untuk memulai bisnis saya dan saya telah membayar mereka setiap tahun selama dua tahun sekarang dan saya masih memiliki 2 tahun lagi walaupun saya senang bekerja dengan mereka karena mereka adalah Pemberi Pinjaman asli yang dapat memberi Anda segala jenis pinjaman.

    BalasHapus
  2. Betway Casino Login - jtmhub.com
    Play live games, bet งานออนไลน์ on sports, win and 광명 출장안마 acca. Betway Casino 정읍 출장마사지 offers you all the fun of a classic casino risk free 밀양 출장마사지 up 오산 출장샵 to $500.

    BalasHapus